Duh, ternyata dunia makro benar2
mengagumkan.. sejak pertama saya membeli kamera DSLR baru saya langsung
jatuh cinta dengan fotografi makro. Sudah berbagai macam cara saya coba
mulai dari Reverse Ring, Filter Close Up, sampe menggunakan Raynox
DCR-250 semuanya demi mendapatkan foto makro.
Nah, kali ini saya akan mencoba berbagi
tentang tata cara atau teknik fotografi makro meskipun sebenarnya saya
belum terlalu menguasai tetapi setidaknya tulisan ini bisa mengingatkan
kembali kepada saya agar tidak lupa. Sebenarnya trik ini saya dapatkan
dari belajar dilapangan dan bertanya-tanya kepada para teman sealiran,
jadi saya juga sedang terus belajar makro hingga saat ini
Nilai terpenting dari sebuah foto makro ada beberapa hal yakni :
- Ketajaman gambar
- Komposisi dan tonal yang apik dan bersih
- Momentum (momen/kejadian)
Namun sebenarnya berbicara tentang nilai
utama foto makro adalah tentang sebuah foto dari objek yang berukuran
kecil namun digambarkan secara tajam. Jadi mau gambar apa saja baik
belalang, capung, nyamuk apabila gambar tersebut tajam dan bersih tentu
akan bernilai tinggi. Hanya saja untuk memperoleh gambar yang tajam ini
ternyata cukup susah dan harus dicoba berulang kali, jadi biasanya saya
perlu memotret sampai puluhan kali untuk mendapatkan satu gambar yang
sempurna dimata saya.
Baik langsung aja saya coba paparkan beberapa tips yang saya pelajari tentang cara mendapatkan gambar yang detail pada foto makro.
1. Pengaturan Kamera (Settingan Kamera)
Ini sangat berpengaruh, apabila settingan
kita tidak pas maka hasilnya juga tidak akan baik. Beberapa settingan
yang perlu diperhatikan diantaranya adalah :
- Kecepatan (Shutter Speed), perhatikan kondisi cahaya dan angin disekitar lokasi hunting anda apabila angin kencang setidaknya perlu kecepatan antara 1/120″ sampai 200″. Tetapi bila angin tidak terlalu kencang kecepatan 100″ sudah cukup baik, sesuaikan pula dengan cahaya apabila terang maka gunakan speed tinggi demikian sebaliknya.
- Aperture (F), kedalaman (Depth Of Field) dari sensor kamera jg sangat berpengaruh untuk mendapatkan foto makro yang detail. Kalo menurut saya usahakan F tidak lebih dari 11 karena akan mengakibatkan komposisi yang jelek, maksudnya bukan hanya objeknya yg dapat tetapi juga sama background2 nya sehingga foto terkesan ramai.
- ISO, merupakan kepekaan terhadap cahaya apabila cahaya terasa kurang ada baiknya ISO ditinggikan hanya saja jangan terlalu berlebihan karena foto makro adalah komponen foto yang sangat detil sehingga noise sedikit saja akan terlihat jelas. Menurut pengalaman rata2 pemakaian ISO jangan lebih dari 500.
- Kecepatan (Shutter Speed), perhatikan kondisi cahaya dan angin disekitar lokasi hunting anda apabila angin kencang setidaknya perlu kecepatan antara 1/120″ sampai 200″. Tetapi bila angin tidak terlalu kencang kecepatan 100″ sudah cukup baik, sesuaikan pula dengan cahaya apabila terang maka gunakan speed tinggi demikian sebaliknya.
- Aperture (F), kedalaman (Depth Of Field) dari sensor kamera jg sangat berpengaruh untuk mendapatkan foto makro yang detail. Kalo menurut saya usahakan F tidak lebih dari 11 karena akan mengakibatkan komposisi yang jelek, maksudnya bukan hanya objeknya yg dapat tetapi juga sama background2 nya sehingga foto terkesan ramai.
- ISO, merupakan kepekaan terhadap cahaya apabila cahaya terasa kurang ada baiknya ISO ditinggikan hanya saja jangan terlalu berlebihan karena foto makro adalah komponen foto yang sangat detil sehingga noise sedikit saja akan terlihat jelas. Menurut pengalaman rata2 pemakaian ISO jangan lebih dari 500.
2. Alat yang digunakan
Penggunaan alat untuk foto makro sangat
berpengaruh sekali, sejauh ini tidak ada yang lebih baik selain
menggunakan lensa macro karena lensa tersebut sudah dirancang khusus
untuk foto dengan perbandingan jarak yang sangat dekat hingga 1:1.
Untuk itu kualitas hasil foto makro dengan lensa macro tentu jauh lebih
baik dibandingkan dengan penggunaan reverse ring, extension tube, atau
filter close up misal Raynox DCR-250. Lensa macro memiliki kemampuan
dan area tajam yang jauh lebih luas dibandingkan dengan teknik abal-abal
makro lainnya.
Untuk foto ekstrim atau foto makro dengan
objek yang lebih kecil atau lebih detail, perlu digunakan kamera dengan
kemampuan pembesaran diatas 3x atau anda dapat menggunakan kamera makro
yang diberi filter close up.. namun teknik ini memerlukan pencahayaan
yang baik agar gambar tertangkap sempurna.
3. Pencahayaan yang baik
Cahaya yang baik untuk foto makro adalah
pagi dan sore hari, untuk pagi hari di mulai pada jam 7 pagi hingga
pukul 9 pagi, karena pada saat itu cahaya matahari cukup lembut dan
tidak berlebihan. Untuk sore hari bisa dimulai dari pukul 3 atau 4 sore
sampai menjelang maghrib. Selain itu anda juga bisa mengatasi
kekurangan cahaya dengan flash internal maupun external yang diberi
tambahan Diffuser.
4. Angle dan Posisi Saat Memotret
Angle (bukan angel) adalah sudut bidik
saat memotret objek. Memotret makro tidak sama dengan memotret
landscape atau model, karena nilai jual dari foto makro ini adalah
ketajaman. Banyak dari para fotografer makro memilih objek serangga
sebagai modelnya, itu dikarenakan serangga berukuran relatif kecil dan
diperlukan detail yang baik agar terlihat sempurna.
Lantas bagaimanakah angle dan posisi yang
baik ? Saya mendapatkan teori ini dari salah seorang teman yang bisa
dikatakan punya bakat makro yang luar biasa yaitu Danniel Partogi.
Menurut sang maestro, kita harus mengenali objek dan memahami tekstur
tubuhnya agar dapat masuk kedalam area fokus (DOF). Ketepatan
pengukuran area fokus akan membuat objek tampak detail sempurna.
Berikut teorinya (dengan objek serangga) :
- Posisi tangan harus menunjang bagi kamera untuk tidak terjadi shake, misal dengan mencari objek yang posisi hinggapnya tidak lebih dari tinggi sepinggang sehingga kita dapat membidiknya dalam keadaan duduk dan tangan menopang di paha atau kaki. Penggunaan monopod bisa juga dilakukan, namun berdasarkan pengalaman ini malah merepotkan karena kadang kita tidak bebas dalam mencari flat angle.
- Gunakan teori Flat Angle :
yaitu sudut bidik dimana seluruh bagian serangga tampak datar sehingga
seluruh tubuhnya mendapatkan area detail seluruhnya dari ujung kepala
sampai ujung ekor. Pada kasus tertentu teori flat ini tidak digunakan,
misal kita hanya ingin mengambil facet serangga.
Gambar diatas menunjukkan bahwa bila objek tidak datar maka hanya bagian yang terdekat dari kamera yang akan tampak detail (ini tergantung jarak juga, bila jarak sangat dekat 1:1 teori ini berlaku.. kalo jarak agak jauh ya DOF dapat semua)
Gambar diatas sudah jelas bukan? bila posisi objek datar maka DOF juga akan ikut merata dan detail nya akan maksimal.Untuk mendapatkan posisi flat ini tentu saja anda yang harus memposisikan diri kalo serangganya ya nanti dia malah terbang kabur haha, artinya anda mesti muter2 sampai objek bisa dapat datar di lensa kamera. - Untuk mendapatkan tone background yang cantik, jangan gunakan flash.. gunakanlah sinar alami (available light) dan posisikan diri anda untuk mendapatkan background yang baik. Kapan waktu yang baik untuk pencahayaan sudah saya jelaskan diatas.
- Gunakan lensa makro, lensa makro adalah lensa khusus untuk makro sehingga tentunya hasilnya akan lebih maksimal. Penggunaan teknik makro abal-abal memiliki kekurangan yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan lensa makro sesungguhnya. Tapi bagi anda yang mungkin perlu jual motor untuk dapat lensa itu, jangan kuatir teknik2 ini masih bisa dipake untuk makro abal-abal kok..
Contoh gambar yang diambil dengan teori flat dan semuanya dengan available light tanpa flash : (karya sendiri lho)
Klik pada gambar untuk memperbesar, maklum kalo kecil rada kabur..
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation.
0 komentar:
Posting Komentar